Tentang Hujan Oleh Junaidi Abdul Munif Negeri ini hanya mengenal dua musim: penghujan dan kemarau. Di SD aku diberi pelajaran IPA bahwa musim hujan jatuh antara bulan Oktober-Maret, dan musim kemarau jatuh pada bulan Maret-Oktober. Orang Jawa dengan kultur uthak-athik mathuk selalu mengartikan Desember sebagai wulan gedhene sumber, bulan di mana sumber air berlimpah. Dan Januari sebagai hujan sehari-hari. Dalam sastra, hujan kadang hadir dengan wajah yang melankolis, puitis dan romantis. Hal itu tampak jelas misalnya dalam puisi Sapardi Djoko Damono, Sihir Hujan: Hujan mengenal baik pohon, jalan, dan selokan/ suaranya bisa dibeda-bedakan/ kau akan mendengarnya meski sudah kau tutup pintu dan jendela/ Meskipun sudah kau matikan lampu// Hujan, yang tahu benar membeda-bedakan, telah jatuh di pohon, jalan, dan selokan/ menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh/ waktu menangkap wahyu yang harus kau rahasiakan. Hujan begitu intim dengan alam dan manusia yang tersihir oleh pesonanya. ...
Komentar