WISATA PANTAI WISATA SAMPAH

Wisata Pantai, Wisata Sampah


Pantai menjadi salah satu lokasi wisata yang selalu menarik minat pengunjung. Panti Kuta dan Sanur di Bali adalah dua contoh pantai yang legendaris dan menarik turis asing.


Di Semarang, selain Pantai Marina kini muncul Pantai Maron yang menjadi perbincangan. Banyak teman merekomendasikan Maron untuk liburan akhir pekan. Beberapa waktu lalu penulis berkesempatan datang ke Maron.

Membayangkan pantai, seperti tampak di kalender-kalender alam, film, atau cerpen yang melukiskan pantai dengan begitu indah. Warna biru laut, pasir, burung camar, senja, matahari terbenam, langit ungu, desir ombak, batu karang, semua itu membuat kita ingin ke pantai.

Ketika penulis mengunjungi Pantai Maron, sungguh prihatin. Alih-alih menemui laut yang biru, pasir putih, justru yang ditemui tumpukan sampah di sekitar pantai. Di mana-mana yang tampak sampah terutama sampah plastik, ranting pohon, dan bangkai ikan. Pantai seolah merupakan tempat pembuangan akhir sampah.

Air laut tidak lagi berwarna biru, tapi coklat, berbau amis, membuat pengunjung merasa jijik untuk mandi di pantai itu. Kemauan mereka untuk mandi lebih karena keterpaksaan karena yang ada hanya itu, tak ada tempat lain.

Kondisi Maron yang ada tak sebanding dengan tiket masuk Rp 4.000 serta infrastruktur di sekitar pantai.

Pemerintah tampaknya belum serius menjadikan pantai ini sebagai aset wisata unggulan di Semarang. Mungkin juga karena Maron relatif masih baru sehingga butuh waktu untuk menata infrastruktur pantai ini. Yang paling mungkin dilakukan dalam waktu dekat adalah membersihkan sampah-sampah yang menumpuk di sekitar pantai. Jika pemerintah punya program "Resik-resik Kutha", tidak salah jika program ini diterapkan untuk membersihkan pantai. Menggandeng aktivis lingkungan hidup dan mahasiswa bisa dilakukan sebagai tahap permulaan.

Jika sampah ini berhasil dibersihkan, akan menambah minat pengunjung untuk datang. Apalagi, Maron punya potensi lain, yakni lautnya yang agak dangkal sehingga pengunjung bisa berenang atau bermain air. Semoga tidak akan ada lagi, wisata pantai adalah wisata sampah.

JUNAIDI ABDUL MUNIF Peneliti el-Wahid Center, Universitas Wahid Hasyim, Semarang

KOMPAS JATENG, 18 MARET 2010

Komentar

Anonim mengatakan…
pantai larahan pinggir kali

Postingan populer dari blog ini

Rekonstruksi Tradisi Sound System di Pernikahan

Prie GS; Abu Nawas Zaman Posmo

coretan tentang hujan dan masa kecil