resensi buku
Pemilu Amerika untuk Dunia
Oleh Junaidi Abdul Munif
Data Buku
Judul : Barack Obama VS McCain, Duel Poliitk yang Sangat Menentukan Perubahan nasib Amerika dan Dunia
Penulis : Achmad Munif
Penerbit : Narasi, Jogjakarta
Terbit : Juli, 2008
Tebal : 104 halaman
November 2008, negara adidaya Amerika Serikat (AS) akan melangsungkan pemilihan presiden. Pemilu yang tidak hanya ditunggu oleh maysarakat AS saja, tapi oleh warga dunia. Hal ini karena presiden Amerika akan ikut menentukan peta politik, ekonomi dan keamanan dunia.
Genderang pertarungan itu telah dimulai dengan terpilihnya Barack Obama dan John McCain yang akan bertarung sebagai capres dari Partai Demokrat dan Republik. Setelah sebelumnya perhatian dunia tersedot melihat pertarungan ketat dan menegangkan di intrenal partai Demokrat antara Obama dan Hillary Clinton, istri Bill Clinton.
Untuk menyemarakkan pertarungan itu, bertebaranlah buku-buku yang membahas tentang pemliu AS itu. Seperti buku yang ditulis Achmad Munif yang membahas profil Obama dan Mc Cain. Juga Hillary Clinton yang sudah kalah dari Obama.
Melihat profil dua capres itu, akan didapat kontradiksi. Obama adalah sipil murni dan tokoh muda yang namanya baru mencuat akhir-akhir ini. Dikenal sebagai sosok cerdas dengan gagasan segar yang brilian dan anti perang Irak. Isu Timur Tengah menjadi isu yang ampuh untuk menarik simpati dukungan Obama.
Sendangkan John McCain adalah politisi besar yang kenyang dengan pengalaman. Ia adalah veretan perang Vietnam yang sempat menjadi tawanan perang di sana. McCain adalah militer murni yang akrab dengan George W Bush. Dari programnya ia tampak akan melanjutkan estafet kebijakan Bush, salah satunya adalah melanjutkan perang Irak.
Melihat latar belakang keduanya, akan didapat –katakanlah ideologi- , dan paradigma tentang keduanya. Latar belakang keduanya menjadi pintu pembuka untuk melihat Amerika dan dunia ketika terpilih menjadi presiden Amerika.
Akan menjadi sejarah Amerika pemilu presiden tahun ini. Yang untuk pertama kalinya melibatkan orang kulit hitam (Barack Obama) melawan orang kulit putih (McCain). Dari perjalanan pencalonan Obama, selalu muncul isu rasialis yang berusaha mementalkan Obama dari kursi pecalonan.
Dari berbagai isu politik yang berkembang, tampak kelemahan Amerika. Bahwa klaim sebagai negara paling demokrasi dan menjunjung tinggi HAM, ternyata AS sendiri belum beres menyelesaikan isu-isu ras. Terbukti, Amerika belum siap dipimpin oleh warga kulit hitam yang populasinya cukup besar.
Buku Popcorn
Sebagai sebuah buku yang membahas isu besar tentang sebuah negara adidaya bernama AS, buku ini terbilang ringan dan tipis. Tampak memang dibuat sebagai buku momentum pemilu AS. Jika tak dijejali dengan foto-foto para calon, buku ini akan lebih tipis lagi.
Meski begitu, buku ini layak untuk dibaca. Laiknya popcorn yang menjadi ”menu wajib” ketika nonton bioskop. Ada beberapa faktor, selain bahwa kebijakan Amerika akan berpengaruh pada kebijakan dunia. Faktor ”lain” itu adalah sentimentalisme dan romantisme bahwa Barack Obama memiliki ikatan emosional dengan Indonesia.
Hal ini karena ibunya pernah menikah dengan Lolo Soetoro dan tinggal beberapa tahun di Menteng, Jakarta. Inilah yang dimanfatakan penulis unutk menulis buku ini. Daftar Pustaka dari media massa dan internet yang selalu up to date. Sehingga validitasnya terjaga.
Selain itu, hal ini seperti mengulang sejarah panjang apartheid di Afrika Selatan yang memunculkan Nelson Mandela sebagai ikon perlawanan dan pembebasan. Bedanya, apartheid di Afsel berlangsung lebih kentara. Sementara Amerika mampu membungkus politik apartheidnya dengan sangat rapi.
Bagaimanapun majunya Obama telah membangkitkan gairah politik di belahan dunia lain. Tak terkecuali di Indonesia. Sindrom Obama telah memantik semangat kaum muda untuk mencari pemimpin muda di antara gemuruh tokoh tua yang masih bernafsu dengan kue kekuasaan.
Meksi buku ringan dan mengejar momentum, setidaknya kita bisa menguak fakta tentang Amerika. Pertama adalah isu rasialis, kedua adalah moralitas pemimpin. Seliberal-liberalnya Amerika, mereka toh masih merindukan pemimpin yang bermoral bersih, tak terlibat skandal seks seperti yang pernah dialami Bill Clinton.
Oleh Junaidi Abdul Munif
Data Buku
Judul : Barack Obama VS McCain, Duel Poliitk yang Sangat Menentukan Perubahan nasib Amerika dan Dunia
Penulis : Achmad Munif
Penerbit : Narasi, Jogjakarta
Terbit : Juli, 2008
Tebal : 104 halaman
November 2008, negara adidaya Amerika Serikat (AS) akan melangsungkan pemilihan presiden. Pemilu yang tidak hanya ditunggu oleh maysarakat AS saja, tapi oleh warga dunia. Hal ini karena presiden Amerika akan ikut menentukan peta politik, ekonomi dan keamanan dunia.
Genderang pertarungan itu telah dimulai dengan terpilihnya Barack Obama dan John McCain yang akan bertarung sebagai capres dari Partai Demokrat dan Republik. Setelah sebelumnya perhatian dunia tersedot melihat pertarungan ketat dan menegangkan di intrenal partai Demokrat antara Obama dan Hillary Clinton, istri Bill Clinton.
Untuk menyemarakkan pertarungan itu, bertebaranlah buku-buku yang membahas tentang pemliu AS itu. Seperti buku yang ditulis Achmad Munif yang membahas profil Obama dan Mc Cain. Juga Hillary Clinton yang sudah kalah dari Obama.
Melihat profil dua capres itu, akan didapat kontradiksi. Obama adalah sipil murni dan tokoh muda yang namanya baru mencuat akhir-akhir ini. Dikenal sebagai sosok cerdas dengan gagasan segar yang brilian dan anti perang Irak. Isu Timur Tengah menjadi isu yang ampuh untuk menarik simpati dukungan Obama.
Sendangkan John McCain adalah politisi besar yang kenyang dengan pengalaman. Ia adalah veretan perang Vietnam yang sempat menjadi tawanan perang di sana. McCain adalah militer murni yang akrab dengan George W Bush. Dari programnya ia tampak akan melanjutkan estafet kebijakan Bush, salah satunya adalah melanjutkan perang Irak.
Melihat latar belakang keduanya, akan didapat –katakanlah ideologi- , dan paradigma tentang keduanya. Latar belakang keduanya menjadi pintu pembuka untuk melihat Amerika dan dunia ketika terpilih menjadi presiden Amerika.
Akan menjadi sejarah Amerika pemilu presiden tahun ini. Yang untuk pertama kalinya melibatkan orang kulit hitam (Barack Obama) melawan orang kulit putih (McCain). Dari perjalanan pencalonan Obama, selalu muncul isu rasialis yang berusaha mementalkan Obama dari kursi pecalonan.
Dari berbagai isu politik yang berkembang, tampak kelemahan Amerika. Bahwa klaim sebagai negara paling demokrasi dan menjunjung tinggi HAM, ternyata AS sendiri belum beres menyelesaikan isu-isu ras. Terbukti, Amerika belum siap dipimpin oleh warga kulit hitam yang populasinya cukup besar.
Buku Popcorn
Sebagai sebuah buku yang membahas isu besar tentang sebuah negara adidaya bernama AS, buku ini terbilang ringan dan tipis. Tampak memang dibuat sebagai buku momentum pemilu AS. Jika tak dijejali dengan foto-foto para calon, buku ini akan lebih tipis lagi.
Meski begitu, buku ini layak untuk dibaca. Laiknya popcorn yang menjadi ”menu wajib” ketika nonton bioskop. Ada beberapa faktor, selain bahwa kebijakan Amerika akan berpengaruh pada kebijakan dunia. Faktor ”lain” itu adalah sentimentalisme dan romantisme bahwa Barack Obama memiliki ikatan emosional dengan Indonesia.
Hal ini karena ibunya pernah menikah dengan Lolo Soetoro dan tinggal beberapa tahun di Menteng, Jakarta. Inilah yang dimanfatakan penulis unutk menulis buku ini. Daftar Pustaka dari media massa dan internet yang selalu up to date. Sehingga validitasnya terjaga.
Selain itu, hal ini seperti mengulang sejarah panjang apartheid di Afrika Selatan yang memunculkan Nelson Mandela sebagai ikon perlawanan dan pembebasan. Bedanya, apartheid di Afsel berlangsung lebih kentara. Sementara Amerika mampu membungkus politik apartheidnya dengan sangat rapi.
Bagaimanapun majunya Obama telah membangkitkan gairah politik di belahan dunia lain. Tak terkecuali di Indonesia. Sindrom Obama telah memantik semangat kaum muda untuk mencari pemimpin muda di antara gemuruh tokoh tua yang masih bernafsu dengan kue kekuasaan.
Meksi buku ringan dan mengejar momentum, setidaknya kita bisa menguak fakta tentang Amerika. Pertama adalah isu rasialis, kedua adalah moralitas pemimpin. Seliberal-liberalnya Amerika, mereka toh masih merindukan pemimpin yang bermoral bersih, tak terlibat skandal seks seperti yang pernah dialami Bill Clinton.
Komentar