Kapitalisme Tak Pernah Mati



Kapitalisme Tak Pernah Mati
Oleh Junaidi Abdul Munif

          Sistem ekonomi pada zaman sekarang berjalan dengan sistem kapitalisme. Sistem yang dicetuskan oleh Adam Smith ini dianggap sebagai sistem ekonomi yang menuntut kebebasan mutlak, bahkan lepas dari intervensi negara sekalipun. Karena itu dalam kapitalisme, siapa yang memiliki modal banyak, dialah yang akan menang.
Saat Uni Soviet runtuh pada akhir 1990-an, Francis Fukuyama megeluarkan tesis yang terkenal dengan the end of history (akhir sejarah). Uni Soviet sebagai simbol sosialisme-komunisme telah runtuh dan digantikan sistem demokrasi-kapitalisme. Tesis Fukuyama inilah yang memberi inspirasi Ian Bremmer untuk menulis buku The End of Free Market (Akhir Pasar Bebas).
Kenneth Minouge mengatakan bahwa kapitalisme adalah yang dikerjakan oleh orang banyak ketika Anda membiarkan mereka berbuat sekehendak hati. Bremmer mendefinisikan kapitalisme sebagai penggunaan kekayaan untuk menciptakan kekayaan lebih besar.
Oleh kalangan sosialis, kapitalisme dituduh sebagai sistem ekonomi yang tidak mensejahterakan masyarakat. Keuntungan kapitalisme hanya dinikmati segelintir pemodal yang oleh Karl Marx disebut sebagai masyarakat borjuis (bourgeois society), sementara pekerja sebagai kelas proletar. Tujuan kapitalisme adalah mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya, kadang di luar kewajaran.
Dalam kajian kebudayaan (cultural studies), kapitalisme melahirkan komodifikasi, yakni menjadikan setiap barang memiliki nilai jual. Kebutuhan manusia tak lagi didasarkan pada nilai guna (use value) tapi pemenuhan hasrat (desire) yang sebatas temporal dan permukaan.


Perebutan dominasi

            Buku Bremmer menguak seluk beluk kapitalisme dan penerapannya di beberapa negara. Kini tak bisa lagi dibenturkan sistem ekonomi sosialis atau kapitalis. Faktanya, China yang masih menjadikan komunisme sebagai ideologi negara, sistem ekonominya juga mengadopsi kapitalisme. Kapitalisme tidak lagi menjadi antitesis dari sosialisme, melainkan hubungan yang bersifat kebutuhan sesuai konteks negara yang bersangkutan. Menjauhi kapitalisme sama saja dengan bunuh diri mengingat ekonomi dunia kini dikendalikan oleh modal.
            Yang terjadi kini adalah kapitalisme yang dijalankan negara atau swasta (pasar bebas). Kapitalisme negara adalah sebuah sistem ketika negara mendominasi pasar, terutama untuk keuntungan politik dan berbeda dengan komunisme yang menerapkan ekonomi terpimpin. Kapitalisme negara banyak diterapkan oleh negara-negara Arab yang kaya dengan minyak. Arab Saudi dan negara-negara kaya Arab adalah contoh kapitalisme negara. Sumber kekayaan alam yang dieksploitasi negara, hasilnya dipakai untuk kesejahteraan rakyatnya. Kapitalisme jenis ini menyebabkan rakyatnya menjadi "manja" dan tidak produktif karena kebutuhan mereka dipenuhi oleh negara.
Sementara kapitalisme yang dijalankan swasta mewujud pada perusahaan multinasional (multinational corporation/MNC) yang kini mengejala di seluruh dunia dengan sistem waralaba (franchise). Kapitalisme swasta adalah kapitalisme yang lepas dari negara sehingga keuntungan menjadi milik pengusaha swasta. Dunia menjadi pasar, dan warga dunia adalah para konsumen yang harus membeli segala kebutuhan hidupnya. Pertarungan antara kapitalisme negara dan swasta semakin melegitimasi bahwa kapitalisme tak pernah mati. Liberalisme ekonomi, demokrasi dalam politik, menjadi lahan yang subur bagi tumbuhnya kapitalisme.
            Beberapa negara telah menjalankan kebijakan ekonomi yang mencoba menggabungkan sosialisme dan kapitalisme. Brasil, Venezuela, dan China adalah negara-negara yang mencoba "berdamai" dengan kapitalisme. Pertarungan negara dan swasta untuk berebut sumber daya alam lewat pasar bebas jika tak diimbangi dengan daya beli-produski masyarakat, akan semakin menjerumuskan masyarakat dalam jurang konsumerisme yang akut. Daya beli mereka tinggi, tapi produktivitas mereka rendah.
           
”Kapitalisme” China

Contoh menarik adalah China. Negara menggenjot produksi dengan melibatkan warga negara. Produk-produk China yang membanjiri seluruh dunia banyak yang merupakan barang industri rumah tangga sebelum diolah oleh perusahaan. Artinya, negara melibatkan warga dalam kapitalisme sehingga kesejahteraan mereka diperhatikan oleh negara tanpa membuat mereka menjadi manja.
          Kapitalisme hanya berganti aktor, negara atau swasta. Sistem ini salah ketika keuntungan hanya dinikmati oleh segelintir orang, dengan menjadikan masyarakat sebagai konsumen pasif. Namun menjadi benar ketika masyarakat dapat menikmati keuntungan dari sistem kapitalisme. Bremmer mengatakan bahwa Amerika Serikat dan China merupakan poros kapitalisme yang saling membutuhkan dan menguntungkan, yang ketika salah satunya limbung dapat berpengaruh pada kondisi ekonomi global.
Indonesia perlu belajar kepada China. Problem mendasar mengapa China seperti itu, ledakan penduduk. Suatu saat Indonesia akan mengalami hal yang serupa jika pertambahan penduduk tak bisa ditekan dengan program KB misalnya. China pada tahun 1970-an telah menerapkan kebijakan 1 anak, dan problem ledakan penduduk masih saja terjadi. China sadar bahwa sumber daya dalam negeri tak lagi mampu mencukupi kebutuhan domestik. Pilihan yang jitu pun diterapkan, dengan melibatkan warga dalam proses produksi.
Maka penting dari negara manapun yang ingin mengadopsi sistem kapitalisme untuk melakukan pendidikan ekonomi kepada rakyatnya. Jika rakyat secara mayoritas belum siap untuk bersaing secara bebas, lagi-lagi kapitalisme dikendalikan oleh negara dan segelintir swasta yang telah siap untuk menyuntikkan modal tak terbatas. China menjadi prototipe negara yang telah menjalankan pendidikan ekonomi kepada warganya sehingga hasil dari kapitalisme dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekonstruksi Tradisi Sound System di Pernikahan

Prie GS; Abu Nawas Zaman Posmo

coretan tentang hujan dan masa kecil