Homo Voyeuris




            Manusia adalah makhluk yang selalu ingin tahu. Peradaban kemanusiaan, renaissance, aufklarung, dan enlightment bermula dari watak manusia yang selalu ingin tahu. Keingintahun melahirkan ilmu pengetahuan. Rasionalisme Cartesian, cogito ergo sum (aku berpikir maka aku ada) adalah penanda sahih bagaimana hasrat manusia mimikirkan sesuatu yang menjadi fondasi ilmu pengetahuan.
            Perubahan zaman telah membelokkan nafsu manusia yang selalu ingin tahu pada hal-hal yang di luar “kewajaran”. Keingintahuan bukan lagi diekspresikan dalam proses memuntut ilmu, melainkan mengintip (voyeuris). Manusia tidak lagi “focus” pada ilmu pengetahuan, tapi hal-hal keseharian, yang banal dan rekreatif.
            Ini bisa jadi karena sifat keingintahuan manusia bersifat terlarang, menabrak skema nilai dan norma sosial. Tak ada cara lain bagi seseorang untuk mendapatkan pengetahuan terlarang tersebut dengan cara mengintip. Sejarah mencatat bagaimana Ken Arok bernafsu untuk menjadi raja setelah mengintip paha Ken Dedes yang mengeluarkan cahaya. Paha seperti ini dipercaya akan melahirkan anak-anak yang akan menjadi raja (penguasa). 
            Telik sandi dan intelejen adalah aparatus negara dalam tugas pengintipan. Dalih keamanan negara menjadi justifikasi bagi mereka untuk mengintip aktivitas masyarakat yang dapat dianggap menggangu stabilitas negara. Mata-mata menjadi kosakata bagi penanda organisasi yang bertugas mengawasi musuh, mencari kelemahannya, untuk kemudian mengalahkannya.

Bisnis Pengintipan

Infotainment (acara gosip) adalah bentuk paling nyata dari voyeurisme itu. Mereka mengintip kegiatan para pesohor publik, lengkap dengan segala dinamikanya. Media menjalin hubungan yang kontrapoduktif dengan acara ini, karena watak media gemar menyiarkan berita yang bersifat kontroversial.
            Tidak ada yang jelas, karena bila kontroversi menggelinding tanpa arah, dan mungkin tanpa tujun yang pasti. Apa yang diharapkan dari sebuah gosip, yang sejak awal memang sengaja menghembuskan berita-berita yang tidak benar itu?  
            Dalam kajian psikologi, voyeurisme dikaitkan dengan masalah seksual. Kepuasan seksual seseorang akan dipenuhi dengan mengintip seseorang melakukan kegiatan seksual atau menampakkan bagian-bagian tubuhnya yang dapat mengundang libido (perilaku eksibionisme).

Transformasi

            Voyeurisme nyatanya tak hanya berlaku dalam urusan seksual. Benar bahwa seksual adalah dorongan bawah sadar manusia, merupakan hasrat id, dalam kajian Freudian.
            Super ego menjadi batas, pagar supaya apa yang bergejolak dalam id tidak terkendaialan. Ada nilai dan norma yang memekas seseorang tak selamanya ebbas melpiaksna id-nya.
            Menusia memlimi sifat vyeirus, enntp oang laian yang meruaan akwan atau lawn.selalu ada keinginan untuk mmetahai “ketiwakjarana dan keurangan dari mansuia.
            Dan, sungguh, bagi orang-orang spetti ini, berhasil menguak ketawkawjaran dan kesalehan manusia lain akan menimbulkan semacam kepuasan seksual, menajdi orgasme sosial.
             

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekonstruksi Tradisi Sound System di Pernikahan

Prie GS; Abu Nawas Zaman Posmo

coretan tentang hujan dan masa kecil