coretan anak adam

Bagaimana Pasar Gubug Pasca Terbakar?
Oleh Junaidi Abdul Munif


Di mana pasar Gubug akan direlokasi untuk sementara setelah terbakar pada Minggu, 15/11/09 pukul 17:00 WIB? Pertanyaan ini penting dilontarkan mengingat pasar Gubug merupakan pasar yang besar dan menjadi sentra ekonomi masyarakat Gubug dan kecamatan di sekitarnya. Kesemrawutan penataan pasar pasca terbakar akan berdampak buruk pada mobilitas ekonomi warga Gubug dan kecamatan sekitarnya.

Tidak hanya warga Gubug yang menjadikan pasar ini sebagai pusat transaksi ekonomi. Warga kecamatan Tegowanu, Tanggungharjo, Kedungjati, Ginggangtani dan Dempet menjadikan pasar ini sebagai tempat jual beli. Hal ini karena posisi pasar yang strategis, yakni berada di tengah-tengah antara kecamatan-kecamatan tersebut. Pasar Gubug juga dekat dengan stasiun kereta api yang membuat distribusi barang antar kota lebih mudah dan cepat.

Posisi strategis lain dari pasar Gubug adalah tidak berada di jalur utama Semarang-Purwodadi. Tidak seperti pasar Godong, Karangawen, Mranggen atau Dempet yang berada di jalur utama. Pasar Gubug berada di lokasi yang agak masuk ke dalam (sekitar 100 m) dari jalan raya Semarang-Kedungjati yang tak dilewati bus-bus besar Antar Kota Antar Propinsi (AKAP).


Relokasi pasar untuk sementara atau pembangunan (renovasi) pasar selayaknya tak mengurangi nilai strategis dari pasar Gubug. Nilai-nilai strategis itulah yang membuat pasar Gubug berbeda dengan pasar di kecamatan sekitarnya.


Tempat yang Cocok


Setelah terbakar, yang juga penting adalah mengusut penyebab kebakaran yang menimbulkan kerugian milyaran rupiah ini. Karena kebakaran pasar selalu menimbulkan syak wasangka (kecurigaan) adanya faktor kesengajaan dari pihak yang tak bertanggungjawab dan ingin mengambil keuntungan. Penyelidikan harus terus dilakukan untuk mengetahui penyebab kebakaran, apakah memang benar-benar karena human error atau bukan.

Pasar Gubug dengan luas 9.686 m2, 1.041 pedagang dan 191 kios ini menunjukkan betapa banyak warga yang menggantungkan penyangga ekonomi dengan berjualan di pasar (ANTARA). Tak heran harga sewa kios di pasar ini semakin tahun semakin mahal.

Dengan asumsi jumlah pedagang yang seribu lebih itu, harus dicari tempat yang luas dan bisa menampung semua pedagang tersebut. Karena jika pengambil kebijakan salah memilih tempat, akan terjadi gejolak di antara pedagang pasar terkait siapa yang paling berhak untuk mendapatkan ”ganti rugi” relokasi pasar.. Lalu di mana akan ditempatkan relokasi pasar Gubug tersebut?

Lokasi pasar Gubug sebetulnya sudah terlalu padat. Pasar ini berada tengah-tengah perkampungan warga. Beberapa sekolah juga berada di sekitar pasar itu. Mulyanto, Kepala UPTD Pasar Gubug mengatakan ’untuk sementara waktu relokasi semua pedagang pasar akan ditempatkan di dekat alun-alun’ (ANTARA). Alun-alun yang mana? Apakah lapangan PUK, depan SDN 07 Gubug yang berada di sebelah selatan pasar tersebut?

Dan jika memang ingin ditempatkan di dekat situ, harus dilihat pula aspek ketenangan siswa sekolah dan ”hilangnya” ruang publik berupa lapangan sepakbola itu. Lapangan tersebut telah menjadi alternatif masyarakat bermain bola setelah lapangan Tuntang tak lagi nyaman dipakai akibat peninggian jembatan Tuntang tahun 2004, pasca tanggul bedah. Sementara di sekitar lapangan PUK ini sebelumnya telah menjadi ”lahan parkir”.

Memang sulit mencari tempat lain yang masih kosong untuk merelokasi pedagang. Karena di Gubug sendiri telah terjadi peningkatan pembangunan ruko yang signifikan. Hampir tidak ada lahan kosong yang tak didirikan tempat usaha. ”Satu-satunya” tempat yang sama strategisnya adalah sekitar pasar Gubug tersebut.


Bertingkat

Yang juga penting dipikirkan adalah bagaimana pembangungan pasar Gubug kemudian. Apakah masih akan bertahan dengan bentuk lama, yaitu satu lantai. Mengingat kepadatan yang luar biasa pada kondisi pasar dan sekitarnya sebelum terbakar, harus ada perubahan desain tata ruang bangunan pasar agar tak semrawut.

Melihat kondisi lokasi yang demikian padat, cara yang bisa dipilih adalah membangun pasar dengan bertingkat. Hal ini mirip dengan yang dilakukan di pasar Godong setelah terbakar beberapa tahun lalu. Bangunan pasar yang bertingkat bisa menjadi alternatif yang terbaik.

Kelebihan jika pasar bertingkat adalah, pertama, untuk mengoptimalkan sempitnya lahan. Memperluas lokasi pasar jelas sulit karena berhadapan dengan pemukiman warga. Kedua, akses jalan lebih terbuka karena selama ini banyak dokar dan mobil boks yang berebut jalan dengan kendaraan warga dan anak sekolah yang lalu lalang. Dengan bangunan bertingkat, diharapkan penataan ruang parkir juga tidak sampai mengganggu akes jalan.

Mengingat peran vital pasar ini dalam menggerakkan roda perekonomian masyarakat Gubug dan sekitarnya, Pemerintah Kabupaten Grobogan dan instansi yang terkait harus tancap gas untuk segera merampungkan pembangunan pasar. Pengadaan tender secara terbuka dengan pengawasan yang ketat juga harus dilakukan untuk menghindari peluang korupsi proyek pembangunan pasar Gubug. Jangan sampai kualitas material bangunan buruk dan tidak bertahan lama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rekonstruksi Tradisi Sound System di Pernikahan

Prie GS; Abu Nawas Zaman Posmo

coretan tentang hujan dan masa kecil