coretan tentang soliloqui menulis
Menulis Adalah Soliloqui
Oleh Junaidi Abdul Munif
Menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, di kertas ataupun komputer adalah tenggelam dalam dunia yang intim. Semacam soliter, kesunyian, yang teralienasi dari dunia di luar penulis.
Menulis juga menjadi situasi soliloqui, berbicara dengan diri sendiri. Budi Darma, sastrawan senior menjelaskan bagaimana soliloqui yang dia alami itu begitu kuat. Ia seperti tak bisa berhenti menulis. Karya mastrepiecenya, novel Olenka, awalnya direncanakan akan dibuat sebagai sebuah cerpen.
Namun, ketika ia menulis, ide-ide begitu deras mengalir, seolah tak mau berhenti. Tulisan yang dia buat tak berhenti hanya beberapa halaman yang sesuai standar cerpen, tapi jadilah novel Olenka yang begitu terkenal itu.
Ketika mulai intim dengan dirinya sendiri inilah, penulis bisa bebas menuliskan apa saja yang terlintas di kepalanya. Tak perlu etika bahasa, teori menulis, sistematika tulisan dan sebagainya yang bersifat teknis. Semua mengalir begitu saja, apa adanya.
Banyak penulis pemula yang berhenti di tengah jalan, karena ia gagal mengalami situasi soliloqui ini. Saat ia menulis, dia tak bisa melepaskan diri dari realitas di sekitarnya. Penulis tak bisa berada dalam situasi soliter.
Penyakit awal penulis pemula adalah karena ia merasa percaya diri bahwa tulisannya akan dibaca orang banyak. Jika tak hati-hati, ini bisa menjadi beban yang menggurung kreatifitasnya. Dia seperti berhadapan dengan tembok tebal yang mengahalangi ide-ide berloncatan dari kepalanya.
Selayaknya ketika mengawali menulis, lepaskan semua beban bagaimana hasil akhir dari tulisan itu. Entah di keranjang sampah atau berhasil dimuat media massa. Hiduplah dalam dunia yang intim: penulis dengan kertas atau komputer.
Dengan ini tembok tebal itu akan hilang. Baru setelah tulisan dianggap selesai, kembalilah ke dunia nyata. Edit tulisan dengan teori atau kaidah penulisan yang benar. Ibaratnya menata ulang puzzle yang berantakan untuk menjadi susunan yang benar.
Soliloqui akan menolong penulis untuk bebas menuliskan apa saja yang terlintas di kepalanya. Karena ide adalah harta karun paling berharga bagi penulis.
Oleh Junaidi Abdul Munif
Menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, di kertas ataupun komputer adalah tenggelam dalam dunia yang intim. Semacam soliter, kesunyian, yang teralienasi dari dunia di luar penulis.
Menulis juga menjadi situasi soliloqui, berbicara dengan diri sendiri. Budi Darma, sastrawan senior menjelaskan bagaimana soliloqui yang dia alami itu begitu kuat. Ia seperti tak bisa berhenti menulis. Karya mastrepiecenya, novel Olenka, awalnya direncanakan akan dibuat sebagai sebuah cerpen.
Namun, ketika ia menulis, ide-ide begitu deras mengalir, seolah tak mau berhenti. Tulisan yang dia buat tak berhenti hanya beberapa halaman yang sesuai standar cerpen, tapi jadilah novel Olenka yang begitu terkenal itu.
Ketika mulai intim dengan dirinya sendiri inilah, penulis bisa bebas menuliskan apa saja yang terlintas di kepalanya. Tak perlu etika bahasa, teori menulis, sistematika tulisan dan sebagainya yang bersifat teknis. Semua mengalir begitu saja, apa adanya.
Banyak penulis pemula yang berhenti di tengah jalan, karena ia gagal mengalami situasi soliloqui ini. Saat ia menulis, dia tak bisa melepaskan diri dari realitas di sekitarnya. Penulis tak bisa berada dalam situasi soliter.
Penyakit awal penulis pemula adalah karena ia merasa percaya diri bahwa tulisannya akan dibaca orang banyak. Jika tak hati-hati, ini bisa menjadi beban yang menggurung kreatifitasnya. Dia seperti berhadapan dengan tembok tebal yang mengahalangi ide-ide berloncatan dari kepalanya.
Selayaknya ketika mengawali menulis, lepaskan semua beban bagaimana hasil akhir dari tulisan itu. Entah di keranjang sampah atau berhasil dimuat media massa. Hiduplah dalam dunia yang intim: penulis dengan kertas atau komputer.
Dengan ini tembok tebal itu akan hilang. Baru setelah tulisan dianggap selesai, kembalilah ke dunia nyata. Edit tulisan dengan teori atau kaidah penulisan yang benar. Ibaratnya menata ulang puzzle yang berantakan untuk menjadi susunan yang benar.
Soliloqui akan menolong penulis untuk bebas menuliskan apa saja yang terlintas di kepalanya. Karena ide adalah harta karun paling berharga bagi penulis.
Komentar